Jumat, 06 November 2009



KEENAM: BERIMAN KEPADA TAQDIR (Qada dan Qadar)
Taqdir adalah ketetapan Allah terhadap alam semesta menurut ilmu dan tuntutan hikmah-Nya.
Taqdir adalah ilmu Allah akan segala sesuatu, pencatatannya dan kehendak (masyi’ah)-Nya, dan penciptaannya terhadap segala sesuatu tersebut.
Makna iman kepada taqdir ialah beriman dan meyakini seyakin-yakinnya bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang sedang, dan akan terjadi; dan bahwasanya apa yang Allah kehendaki pasti terjadi dan apa yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan terjadi, dan bahwa sesungguhnya Allah telah mencatat taqdir semua makhluk. Maka tidak ada sesuatu apapun yang terjadi melainkan berdasarkan ilmu, catatan, kehendak dan ciptaan-Nya.
Dan beriman bahwa sesungguhnya apa yang akan menimpa kita tidak mungkin meleset dan sesuatu yang ditakdirkan tidak mengenai kita tidak akan menimpa kita.
Dan bersamaan dengan itu, kita beriman bahwasanya Allah memerintahkan untuk taat kepada-Nya dan melarang kedurhakaan kepada-Nya. Maka kita lakukan ketaatan dengan harapan pahala dari Allah dan kita tinggalkan kedurhakaan (kemaksiatan) karena khawatir akan hukuman-Nya. Bila kita telah berbuat kebajikan, kita puji Allah dan bila kita terlanjur berbuat dosa, segera minta ampun kepada-Nya.
Termasuk kesempurnaan beriman kepada taqdir adalah menjalani sebab-musabab yang dapat mengantar kita kepada cita-cita, berupaya didalam meraih kepentingan-kepentingan duniawi, menempuh cara-cara yang benar (shahih) yang dapat mengantarkan kepada kepentingan dunia tersebut, seperti melakukan perja-lanan jauh untuk kepentingan usaha dan berusaha untuk mendapat rizki. Dan jika semua usaha yang dilakukan membuahkan hasil seperti apa yang dikehendaki maka kita bersyukur dan memuji kepada Allah, dan jika sebaliknya maka kita menghibur diri dengan taqdir Allah.
Iman kepada taqdir seperti yang diungkapkan di atas dapat membuahkan ketentraman hati, kedamaian dan kelapangan jiwa, tidak mengeluh karena apa yang terjadi, menumbuhkan keberanian dan pantang mundur bagi kita, tidak berputus asa dan kekuatan menanggung beban cobaan.
Maka dari itu, orang-orang yang beriman kepada qadha dan qadar merasakan ketentraman dan kedamaian (jiwa) yang tidak dirasakan oleh mereka yang tidak beriman kepada qadha dan taqdir Allah.
Oleh sebab itu, tersebar kejadian bunuh diri di negeri-negeri kafir yang penduduknya tidak beriman kepada Allah dan taqdir-Nya; dan anda lihat mereka tidak sanggup menanggung beban derita musibah ringan yang menimpa mereka.
Adapun orang-orang yang beriman kepada qadar, kamu hampir tidak menemukan prosentase bunuh diri di kalangan mereka, hal itu disebabkan karena sesungguhnya mereka beriman dan meyakini bahwasanya apa yang menimpa mereka sesungguhnya berdasarkan qadha dan taqdir dari Allah, dan mereka beriman bahwasanya Allah tidak mentaqdirkan bagi orang beriman kecuali kebaikan dan yang terbaik baginya, hingga sekalipun qadha (taqdir) tersebut terasa pahit, akan tetapi akibatnya terpuji bagi orang beriman selagi ia rela terhadap taqdir Allah tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar