Senin, 26 Oktober 2009

JALAN MENUJU ISLAM - BEBERAPA KARAKTERISTIK DIENUL ISLAM



BEBERAPA KARAKTERISTIK DIENUL ISLAM
Islam adalah agama fitrah, agama kedamaian dan ketentraman. Manusia tidak akan menemukan ketenangan dan tidak akan mendapatkan kebahagiaan kecuali dengan berpegang teguh kepada Islam dan menerapkannya di dalam berbagai aspek kehidupan.
Hal yang meyakinkan keagungan Dienul Islam adalah karakteristik (ciri-ciri khas) yang dimilikinya yang tidak ada pada isme-isme dan agama-agama yang lain.
Di antara karakteristik yang mengokohkan kelebihan Islam dan kebutuhan manusia kepadanya adalah sebagai berikut:
Bahwasanya Islam datang dari sisi Allah subhanahu wata'aala. Dan Allah lebih mengetahui apa yang menjadi maslahat bagi hamba-hamba-Nya. Firman-Nya:
أَلاَ يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللطيف الخبير
“Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan dan rahasiakan) dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui”. (Q.S. 67: 14)
Bahwasanya Islam menjelaskan awal kejadian manusia, akhir kehidupannya serta tujuan ia diciptakan. Firman Allah:
يا أَيُّهَا الناس اتقوا رَبَّكُمُ الذى خَلَقَكُمْ مّن نَّفْسٍ واحدة وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Allah menciptakan istrinya dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.” (Q.S. 4: 1)
مِنْهَا خلقناكم وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أخرى
“Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya kami akan mengembalikan kamu dan dari padanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain”. (Q.S. 20: 55)
وَمَا خَلَقْتُ الجن والإنس إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Q.S. 51: 56).
Bahwasanya Islam adalah agama fitrah. Maka Islam tidak akan bertentangan dengan fitrah. Allah berfirman:
فِطْرَتَ الله التى فَطَرَ الناس عَلَيْهَا
“(Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu”. (Q.S. 30: 30)
Bahwasanya Islam memperhatikan akal dan mengajaknya berfikir, mencela kebodohan, taqlid buta dan lalai dari berfikiran lurus. Firman Allah:
قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الذين يَعْلَمُونَ والذين لاَ يَعْلَمُونَ
“Katakanlah: Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui. (Q.S. 39:9)
Firman-Nya juga:
إِنَّ فِي خَلْقِ السموات والأرض واختلاف اليل والنهار لآيَاتٍ لأُوْلِى الألباب . الذين يَذْكُرُونَ الله قياما وَقُعُوداً وعلى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ السموات والأرض
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi. (Q.S.3: 190-191).
Islam adalah aqidah dan syari’at (keyakinan dan pedoman hidup). Islam sempurna dalam aqidah dan ajaran-ajaran syari’atnya. Islam bukanlah hanya sekedar agama pemikiran, atau lintasan pemikiran yang melintas di dalam benak. Tetapi Islam sempurna dalam segala sesuatu, mencakup masalah-masalah aqidah yang shahih, mu’malah yang bijak, akhlaq mulia dan etika yang terkendali. Ia adalah agama individu dan komonitas, agama akhirat dan dunia.
Islam memperhatikan emosi-emosi manusia, ia mengarahkannya ke arah yang benar sehingga menjadi sarana kebaikan dan pengembangannya.
Islam adalah agama keadilan baik terhadap lawan (musuh), teman dekat, kerabat dekat ataupun keluarga jauh. Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil”. (Q.S. 16: 90). “Dan apabila kamu berkata maka hendaklah berlaku adil kendatipun dia adalah kerabatmu”. (Q. S. 6: 152) “Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil maka berlaku adillah karena adil itu lebih dekat pada taqwa”. (Q.S. 5: 8)
Islam adalah agama persaudaraan yang tulus. Maka, orang-orang Islam adalah bersaudara dalam agama, mereka tidak dibedakan oleh negeri, bangsa dan warna kulit. Jadi, Islam tidak mengenal sekte, ras dan tidak mengenal panatisme kebangsaan, warna kulit ataupun keturunan. Standar keutamaan di dalam Islam hanya terletak pada ketaqwaan.
Islam adalah ilmu pengetahuan. Ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan, dan ilmu mengangkat orang-orang yang berilmu ke derajat yang paling tinggi. Firman Allah: “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. (Q.S. 58:11)
Allah menjamin kebahagiaan, kemuliaan dan kemenangan bagi orang yang berpegang teguh kepada Islam dan mengaplikasikannya (dalam kehidupan), baik bagi individu maupun kelompok. Allah berfirman: “Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal shalih bahwa dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagai-mana dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa dan sungguh dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa, mereka tetap menyembahku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. (Q.S. 24: 55). “Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki ataupun perempuan, sedangkan ia beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguh-nya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S. 16: 97).
Di dalam Islam terdapat penyelesaian bagi segala problematika, karena syari’at dan dasar-dasar ajarannya mencakup segala hukum bagi segala peristiwa yang tak terbatas.
Bahwa syari’atnya merupakan syari’at yang paling bijak dalam mengatur semua bangsa-bangsa, paling tepat dalam memberikan solusi di saat kaburnya berbagai kemaslahatan atau disaat terjadi pertikaian dalam hak-hak manusia.
Islam adalah agama yang fleksibel (dapat diterapkan) untuk segala waktu dan tempat, umat dan situasi. Bahkan dunia tidak menjadi baik dengan agama selain Islam. Oleh karenanya, semakin modernnya zaman dan semakin majunya bangsa selalu muncul bukti baru yang menunjukkan pada keabsahan Islam dan ketinggian nilainya.
Islam adalah agama cinta, kebersamaan, persahabatan dan kasih sayang. Nabi shallallahu ‘alahi wasallam bersabda:
مَثَلُ اْلمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ الْوَاحِدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالْحُمَّى وَالسَّهَرِ .
“Perumpamaan orang-orang beriman dalam cinta-mencintai dan kasih-mengasihi itu seperti satu tubuh apabila salah satu anggota tubuhnya merasa sakit, maka semua badan ikut menderita dengan demam dan tidak dapat tidur”. Nabi shallallahu ‘alahi wasallam bersabda:
الرَّاحِمُوْنَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ، ارْحَمُوا مَنْ فِي اْلأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ
“Orang-orang yang kasih-mengasihi dikasihi oleh Tuhan Yang Maha Pengasih, maka kasihilah orang yang ada di muka bumi, niscaya kalian dikasihi oleh (Tuhan) yang di langit”.
Islam adalah agama kesungguhan, keseriusan dan amal. Nabi shallallahu ‘alahi wasallam telah bersabda:
المُؤْمِنُ اْلقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ اْلمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ، احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَلاَ تَعْجَزْ، وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلاَ تَقُلْ: لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا، وَلَكِنْ قُلْ: قَدَّرَ اللهُ وَمَا شَاءَ فَعَلَ .
“Orang mu’min yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada orang mu’min yang lemah; perhatikanlah dengan sungguh-sungguh apa yang berguna bagimu dan jangan bersikap lemah, dan jika kamu ditimpa sesuatu maka hendaknya jangan kamu katakan:”Kalau saya lakukan ini dan itu…”, akan tetapi katakanlah: Ini adalah taqdir Allah dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi”.
Islam sangat jauh dari kontradiksi. Allah berfirman: “Kalau kiranya Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, niscaya mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya” (Q.S. 4: 82)
Islam melindungi pemeluknya dari kekacauan, kesia-siaan dan kenistaan, dan memberikan jaminan ketentraman psikologis (jiwa) dan pemikiran bagi mereka.
Islam itu jelas dan mudah, ia mudah difahami oleh setiap orang.
Islam adalah agama inklusif (terbuka) tidak tertutup bagi siapa saja memeluknya.
Islam juga menjunjung tinggi akal, ilmu pengetahuan, jiwa, moral dan akhlaq. Para pemeluk yang sungguh-sungguh berpegang teguh kepadanya, mereka orang-orang yang terbaik, paling berakal dan tersuci.
Islam mengajak kepada akhlaq mulia dan amal yang terbaik. Allah subhanahu wata'aala berfirman: “Jadilah engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (Q.S. 7: 199) “Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (Q.S. 41: 34)
Islam memelihara akal, oleh karena itu Islam mengharamkan khamar, narkoba dan segala sesuatu yang dapat menyebabkan kerusakan pada akal.
Islam memelihara harta, oleh karenanya ia mengajarkan amanah (kejujuran) dan menghargai orang-orang yang amanah bahkan menjanjikan kehidupan yang lapang dan surga kepada mereka, dan Islam melarang pencurian dan mengancam pelakunya dengan hukuman, ia mensyari’atkan had pencurian, yaitu potong tangan pencuri agar seseorang tidak memberanikan diri mencuri harta kekayaan orang lain. Dan apabila ia tidak merasa takut akan hukuman di akhirat, maka ia akan jera karena takut dipotong tangannya. Maka dari itu, masyarakat yang hidup di suatu negeri yang menerapkan syari’at Islam merasa aman terhadap harta kekayaan mereka, bahkan jikalau pemotongan tangan terjadi maka sangat jarang sekali karena jarangnya pencuri.
Islam memelihara jiwa, oleh karena itu Islam mengharamkan pembunuhan secara tidak haq, dan hukuman bagi orang yang membunuh jiwa seseorang secara tidak haq adalah hukuman mati. Maka dari itu jarang terjadi pembunuhan di negeri yang menerapkan ajaran Allah. Karena apabila seseorang mengetahui bahwa bila ia membunuh seseorang akan dibunuh pula maka ia tidak akan melakukan pembunuhan, dan karenanya masyarakat hidup dengan penuh rasa aman dari kejahatan pembunuhan.
Islam memelihara kesehatan. Banyak sekali isyarat dari Al-Qur’an dan hadis-hadits Nabi shallallahu ‘alahi wasallam tentang pemeliharan kesehatan. Allah berfirman: “Dan makan dan minumlah kamu, dan jangan berlebih-lebihan. (Q.S. 7: 31).
Para ulama berpendapat: Sesungguhnya ayat di atas mencakup seluruh kedokteran, karena sederhana dalam hal makan dan minum merupakan faktor utama bagi terpeliharanya kesehatan.
Di antara isyarat bagi pemeliharaan kesehatan adalah bahwa Islam mengharamkan khamar, dan sudah tidak diragukan lagi bahaya besar bagi kesehatan yang terkandung pada khamar. Khamar dapat melemahkan jantung, merusak hati dan berbagai penyakit lainnya.
Termasuk isyaratnya juga adalah Islam mengharamkan perbuatan keji seperti zina dan homo seks, karena keduanya mengandung banyak bahaya, di antara bahaya kesehatan yang telah dikenal pada zaman ini seperti penyakit spilis, gonorhoe, pendarahan, aids dan sebagainya.
Termasuk pemeliharaan Islam terhadap kesehatan adalah bahwasanya Islam mengharamkan daging babi yang sekarang telah diketahui dapat menimbulkan berbagai penyakit pada tubuh manusia, yang di antaranya adalah cacing pita dan berbagai cacing lainnya yang semuanya membahayakan manusia dan dapat menyebabkan kematian.
Dan di antara isyarat yang terdapat dalam rahasia berwudhu. Sesungguhnya wudhu dapat mencegah sakit gigi dan hidung, bahkan ia merupakan pencegah terpenting bagi penyakit paru-paru. Sebagian ahli kedokteran mengatakan: Sesungguhnya di antara jalan utama bagi penyakit paru-paru adalah hidung. Maka sesungguhnya hidung yang dicuci sehari lima kali sangat layak bersih dari bakteri-bakteri penyakit berbahaya tersebut. Oleh karena itu, penyakit ini sangat kurang ada pada kaum muslimin dan paling banyak terdapat di barat. Sebabnya adalah bahwa kaum muslimin selalu berwudhu lima kali dalam sehari ketika akan menunaikan shalat, dan setiap kali mereka berwudhu terlebih dahulu mereka membasuh hidungnya satu sampai tiga kali.
Islam seiring dengan kenyataan-kenyatan ilmiyah. Oleh karena itu, tidak mungkin kenyataan-kenyataan ilmiyah yang benar bertentangan dengan nash-nash syari’at yang jelas.
Apabila terdapat sesuatu yang tampaknya kontradiktif (bertentangan), maka boleh jadi disebabkan karena realitas itu suatu klaim yang tidak jelas kebenarannya atau boleh jadi karena nashnya tidak terang-terangan bertentangan, sebab nash dan kebenaran ilmu pengetahuan itu keduanya pasti (qath’i) dan tidak mungkin bertentangan. Kaidah tersebut telah dibuktikan oleh sejumlah para ulama Islam dan bahkan telah dibuktikan pula oleh sebagian ilmuwan Barat yang obyektif, seperti penulis kenamaan Francis: Maurice Bucaille di dalam bukunya: Taurat, Injil dan Al-Qur’an. Di dalam buku itu ia jelaskan bahwa Taurat dan Injil yang keduanya telah mengalami intervensi tangan manusia yang ada sekarang ini bertentangan dengan hakikat-hakikat ilmu pengetahuan, pada waktu ia merekam di dalam buku tersebut bukti-bukti keunggulan Al-Qur’an dan Al-Qur’an telah melaju ke depan mendahului ilmu pengetahuan modern. Di dalam buku tersebut penulis telah membuktikan bahwasanya Al-Qur’an sama sekali tidak pernah bertentangan dengan penemuan-penemuan ilmiyah, bahkan keduanya sepakat dan bertemu secara sempurna.
Sesungguhnya bukti-bukti nyata, bukti-bukti ilmiyah dan eksperimen yang membuktikan kebenaran ajaran yang terdapat di dalam Islam sampai pada masalah-masalah yang rumit yang jauh dari indra dan yang paling diingkari di masa-masa silam. Sebagai contoh adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam :
إِذَا شَرِبَ الْكَلْبُ فِي إِنَاءِ أَحَدِكُمْ فَلْيَغْسِلْهُ سَبْعاً أَوْلاَهُنَّ بِالتُّرَابِ
“Apabila anjing minum pada bejana salah seorang kamu, hendaklah mencucinya tujuh kali dan salah satunya dengan tanah”.
Kedokteran telah menyingkap rahasia di balik perintah itu dan telah menetapkan bahwa di dalam air liur anjing terdapat mikroba-mikroba dan penyakit-penyakit mematikan yang tidak bisa dihilangkan dengan air semata. Dan penelitian-penelitian ilmiah modern telah membuktikan bahwasanya hanya tanah yang dapat member-sihkan najis seperti ini. Dan dijelaskan pula bahwasanya bekas jilatan anjing pada bejana dapat menyebabkan berbagai penyakit yang sangat berbahaya, karena anjing banyak mengandung berbagai macam cacing, seperti cacing pita yang sangat kecil sekali, hingga apabila anjing minum di suatu bejana atau seseorang menyentuh badan anjing itu dengan tangan atau pakaiannya telur-telur cacing yang sangat kecil berpindah kepada orang itu dan bergerak menuju pencernaannya di waktu makan atau minum, lalu cacing itu menembus dinding pencernaan dan bergerak menuju kantong darah dan sampai pada alat-alat vital lainnya, kadang masuk ke hati dan kadang ke otak hingga menyebabkan rasa sakit kepala dan muntah-muntah yang terus-menerus, kehilangan rasa, dan cacat pada sebagian anggota tubuh. Kadang masuk ke jantung lalu merobeknya hingga terkadang menyebabkan kematian seketika.
Sesungguhnya ilmu-ilmu fisika mendukung Islam dan menguatkan kebenarannya tanpa disadari oleh ahli ilmu itu.
Sebagai contoh: Perkawinan tumbuhan yang baru ditemukan dalam beberapa waktu lalu, padahal Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam yang tidak bisa baca tulis 14 abad yang silam telah menjelaskannya. Allah berfirman: “Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan)”. (Q.S. 15: 22) Dan firman-Nya: “Dan Kami tumbuhkan padanya segala macam pasangan tanaman yang indah dipandang mata”. (Q.S. 50: 7) Firman-Nya: “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan.” (Q.S. 51: 49) Firman-Nya: “Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan segala sesuatu”. (Q.S. 36: 36). Ini semua adalah firman Tuhan (Rabb) bagi semesta alam di dalam Al-Qur’an sebelum ilmu pengetahuan alam menjelaskan bahwasanya pada setiap tumbuhan itu terdapat jantan dan betina.
Ada sebagian orang-orang Eropa memeluk Islam karena ia menemukan di dalam Al-Qur’an penjelasan tentang kelautan secara lengkap, padahal Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam tidak pernah mengarungi lautan semasa hidupnya. Seperti firman Allahsubhanahu wata'aala: “Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan ta-ngannya, tiadalah dia dapat melihatnya”. (Q.S. 24:40).
Islam menjamin kebebasan dan mengarahkannya. Kebebasan berfikir terjamin di dalam Islam. Sesungguhnya Allah telah membekali manusia dengan beberapa indera, seperti indera pendengaran, penglihatan dan akal supaya berfikir, merenung dan mencapai kepada kebenaran. Maka, manusia diperintah supaya berfikir secara mendalam dan lurus, dan dia bertanggung jawab atas pengabaiannya terhadap indera tersebut, sebagaimana juga bertanggung jawab atas penggunaannya untuk sesuatu yang membahayakan.
Di dalam Islam manusia bebas dalam berjual-beli, berniaga, berpindah dan sebagainya selagi semua itu tidak melampaui batasan-batasan Allah, seperti berbuat curang, penipuan atau membuat kerusakan.
Manusia di dalam Islam bebas menikmati kenikmatan kehidupan dunia, berupa makanan, minuman dan pakaian selagi tidak melakukan sesuatu yang diharamkan yang bahayanya menimpa dirinya atau menimpa orang lain.
Lebih dari itu, sesungguhnya Islam mengendalikan kebebasan, Islam tidak membiarkan kebebasan tanpa kendali berkeliaran di dalam lembah kezhaliman dan mengganggu kebebasan orang lain. Sebagai contoh, sekiranya nafsu dibiarkan sebebas-bebasnya, niscaya manusia terperangkap dalam jeratan nafsu yang dapat menyebabkan kebinasaan dirinya sendiri, sebab kemampuannya terbatas. Maka apabila nafsu dihabiskan dalam perbuatan sia-sia dan perbuatan cabul, maka habislah padanya kemampuan yang dapat mendorongnya ke jalan yang benar dan membimbingnya ke pintu-pintu kebaikan. Jadi, kebebasan tidak berarti menuruti nafsu syahwat dan godaannya dengan tidak menghiraukan halal atau haram dan tanpa memperhatikan akibatnya. Sebab jika tidak, maka sesungguhnya akibatnya fatal di dunia maupun di akhirat kelak; potensinya hangus, kesehatannya hilang yang akhirnya ia menjadi orang yang sengsara lagi hina. Kemudian kalaupun manusia melepaskan kendali bagi nafsu syahwatnya, apakah ia akan merasakan kebahagiaan dan ketentraman? Jawabnya: Tentu tidak. Bila pembaca hendak mengetahui buktinya maka silakan perhatikan dunia kita sekarang yang penuh dengan kemajuan kebudayaan material. Oleh karena manusia memberikan kebebasan tanpa batas dan tidak dapat menggunakannya dengan baik, maka terjadilah kekacauan, berbagai musibah, berbagai penyakit fisik dan jiwa, menjamurnya pembunuhan, perampasan dan perampokan, bunuh diri dan kegelisahan serta berbagai penyakit aneh lainnya.
Kebebasan juga bukan berarti memenuhi segala ambisi-ambisi yang tidak mengenal batas dengan tidak menghiraukan implikasinya terhadap orang lain. Apakah kesewenang-wenangan orang yang kuat terhadap orang-orang yang lemah, memandang rendah hak-hak dan menumpas aspirasi mereka –sebagaimana negara-negara besar di dunia kita sekarang- itu termasuk dari kebebasan? Jawabnya: Tidak! Kebebasan sejati adalah kebebasan sebagaimana diajarkan oleh Islam, yaitu kebebasan yang terarah dan terkendali yang mengatur tindakan manusia, yaitu kebebasan dimana manusia menjadi hamba (budak) Rabb Penciptanya. Itulah rahasia besar kebebasan. Manusia, apabila ia bergantung kepada Tuhannya baik dalam bentuk rasa takut, cinta, penuh harapan, rasa hina dan tunduk di hadapan-Nya maka berarti ia telah terbebaskan (merdeka) dari semua makhluk; ia tidak merasa takut kepada siapapun kecuali kepada Tuhannya dan tidak mengharapkan kecuali hanya kepada-Nya, dan itulah kemenangan dan kemuliaan yang sesungguhnya. Singkatnya, Islam adalah agama kesempurnaan dan kemuliaan, agama petunjuk dan ketinggian. Lalu apabila kita melihat sebagian orang yang mengaku beragama Islam tetapi lemah semangatnya, atau jauh dari petunjuk ajarannya, maka keterbelakangan itu kembali kepada mereka, bukan kepada agama Islam, sebab Islam bebas dari mereka, sedangkan keterbelakangan terjadi karena mereka tidak mengerti (bodoh) tentang Islam, atau mereka yang meninggalkan Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar